Istilah dan Definisi Pada Perencanaan Perkerasan Jalan
Bahu Jalan Beton
Bahu jalan beton adalah bahu jalan yang terbuat dari pelat beton yang tersambung dengan tepi luar pelat beton lajur perkerasan melalui batang pengikat (tied shoulder). Selain itu, bahu jalan beton juga bisa berupa lajur perkerasan yang diperlebar dan menyatu dengan lajur lalu lintas selebar 600 mm (widened concrete slab). Fungsi utama bahu beton adalah memberikan dukungan lateral terhadap beban roda pada tepi perkerasan, sehingga meningkatkan stabilitas dan umur panjang perkerasan jalan.
Beton Kurus (Lean Mix Concrete, LMC)
Beton kurus adalah campuran material berbutir dan semen dengan kadar semen yang rendah. Material ini digunakan sebagai bagian dari lapis fondasi perkerasan beton. Karena kandungan semen yang rendah, beton kurus lebih ekonomis namun tetap memberikan dukungan struktural yang diperlukan pada lapisan dasar perkerasan.
Cement Treated Base (CTB)
Cement Treated Base (CTB) adalah campuran agregat berbutir dengan semen dan air dalam proporsi tertentu. Campuran ini digunakan sebagai lapis fondasi pada perkerasan jalan. CTB memberikan kekuatan tambahan pada lapisan fondasi sehingga mampu menahan beban lalu lintas yang tinggi dan memperpanjang umur layanan jalan.
Daya Dukung Karakteristik Tanah Dasar
Daya dukung karakteristik tanah dasar (Characteristic Subgrade Bearing Capacity) adalah nilai daya dukung yang mewakili keseluruhan data daya dukung dari segmen yang seragam. Nilai ini penting dalam perencanaan perkerasan jalan karena menentukan kemampuan tanah dasar untuk mendukung beban di atasnya tanpa menyebabkan deformasi yang berlebihan.
Discounted Life-Cycle Cost
Discounted life-cycle cost adalah biaya konstruksi, pemeliharaan, dan pengoperasian jalan yang dihitung ke nilai sekarang (present value) dengan nilai bunga (discounted rate) yang disetujui. Metode ini membantu dalam menentukan biaya total dari proyek perkerasan jalan selama umur layanan yang direncanakan, sehingga memungkinkan perencanaan anggaran yang lebih akurat dan efisien.
Drainase Bawah Permukaan (Sub Surface Drainage)
Drainase bawah permukaan adalah sistem drainase yang dipasang di bawah perkerasan dengan tujuan untuk menurunkan muka air tanah atau mengalirkan air yang merembes melalui perkerasan. Sistem ini penting untuk mencegah kerusakan perkerasan akibat air yang terjebak di bawah permukaan jalan, yang dapat menyebabkan pengurangan daya dukung dan umur layanan jalan.
Faktor Ekuivalen Beban (Vehicle Damage Factor)
Faktor ekuivalen beban adalah suatu faktor yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan perkerasan yang diakibatkan oleh satu lintasan kendaraan dengan beban sumbu tertentu relatif terhadap kerusakan yang dinyatakan dalam lintasan beban sumbu standar (equivalent standard axle load, ESA). Faktor ini digunakan untuk mengukur dampak beban kendaraan terhadap perkerasan jalan, sehingga membantu dalam perencanaan dan pemeliharaan perkerasan yang lebih efektif.
Koefisien Variasi
Koefisien variasi adalah standar deviasi dari sekumpulan data yang dibagi dengan nilai rata-rata. Koefisien ini digunakan untuk mengukur keseragaman kumpulan data. Dalam konteks perkerasan jalan, koefisien variasi dapat membantu mengevaluasi kualitas material yang digunakan dan konsistensi proses konstruksi.
Modulus Kekakuan (Stiffness Modulus)
Modulus kekakuan adalah hubungan antara tegangan dan regangan yang menunjukkan kekakuan dari suatu bahan. Dalam perkerasan jalan, modulus kekakuan digunakan untuk menilai kemampuan material perkerasan dalam menahan deformasi di bawah beban lalu lintas, sehingga berperan penting dalam perancangan perkerasan yang tahan lama.
Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan galian, atau permukaan timbunan yang dipadatkan dan merupakan dasar untuk peletakan struktur perkerasan di atasnya. Tanah dasar yang baik adalah yang memiliki daya dukung yang memadai dan stabilitas yang tinggi, sehingga mampu mendukung lapisan perkerasan di atasnya dengan baik.
Simbol Dan Singkatan Perkerasan Jalan
AASHTO | Association of American State Highway and Transportation Officials |
---|---|
AC | Asphaltic Concrete |
AC Base | Asphaltic Concrete Base Course |
AC BC | Asphaltic Concrete Binder Course |
AC WC | Asphaltic Concrete Wearing Course |
Austroads | Association of Australian and New Zealand Road Transport and Traffic Authorities |
As | Luas penampang tulangan yang dibutuhkan |
At | Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan |
b | Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan |
BJTU | Baja tulangan ulir |
BK | Beton kurus |
BP | Bahan berpengikat |
Burda | Laburan dua lapis |
Burtu | Laburan satu lapis |
CRCP | Continuously Reinforced Concrete Pavements, perkerasan beton semen menerus dengan tulangan |
CBR | California Bearing Ratio |
CESA | Cumulative Equivalent Standard Axles |
CIRCLY | Australian mechanistic design software programme used by Austroads 2017 |
CTB | Cement Treated Base |
D | Tebal pelat beton |
DD | Faktor distribusi arah |
DCP | Dynamic Cone Penetrometer |
DL | Faktor distribusi lajur |
Ef | CBR tanah dasar efektif |
ESA4 | Equivalent Standard Axle – Pangkat 4 |
ESA5 | Equivalent Standard Axle – Pangkat 5 |
F3 | Faktor erosi |
fcf | Kuat lentur karakteristik desain pada umur beton 28 hari |
fs | Tegangan tarik izin tulangan |
g | Percepatan gravitasi |
GMP | General Mechanistic Procedure (prosedur desain perkerasan secara mekanistik) |
HRS | Hot Rolled Sheet, Lapis tipis aspal beton |
IP | Indeks plastisitas |
IRMS | Indonesian Road Management System |
JPCP | Jointed Plain Concrete Pavements, Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan |
JRCP | Jointed Reinforced Concrete Pavements, Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan |
JSKN | Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana |
JSKNJK | Faktor ekuivalen beban tiap jenis kendaraan |
L | Jarak ke sambungan tidak terikat atau tepi dasar |
LFA | Lapis fondasi agregat |
LHRJK | Lalu Lintas harian rata – rata tiap jenis kendaraan |
Lij | Beban dari suatu kelompok sumbu |
LL | Liquid limit |
LMC | Lean Mix Concrete |
Lsf | Faktor keamanan beban |
MAPT | Mean Annual Pavement Temperature |
MDD | Maximum Dry Density |
MSCR | Multiple Stress Creep Recovery |
Nf | Jumlah repetisi beban yang diizinkan |
OMC | Optimum Moisture Content |
P | Beban kelompok sumbu |
PCC | Portland Cement Concrete (Perkerasan Beton Semen) |
PKJI | Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia |
PG | Performance Grade |
PSI | Present Serviceability Index, Indeks pelayanan saat ini |
R | Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif |
RVK | Rasio volume kapasitas |
Se | Tegangan ekuivalen beton |
SG2 | Subgrade dengan CBR 2% |
Smix | Kekakuan Campuran Beraspal (definisi Shell Pavement Design Method) |
STRG | Sumbu tunggal roda ganda |
STRT | Sumbu tunggal roda tunggal |
STdRG | Sumbu tandem roda ganda |
STdRT | Sumbu tandem roda tunggal |
STrRG | Sumbu tridem roda ganda |
SQdRG | Sumbu empat roda ganda |
Vb | Volume aspal dalam campuran beraspal |
VDF | Vehicle Damage Factor |
WPI | Weighted Plasticity Index |
f | Diameter batang pengikat |
m | Koefisien gesekan antara dasar beton dan lapis fondasi |
r | Massa persatuan volume |
me | Microstrain |
Dengan memahami istilah dan definisi ini, para profesional dalam bidang teknik sipil dan perencanaan jalan dapat merencanakan dan melaksanakan proyek perkerasan jalan dengan lebih baik dan efektif. Pengetahuan yang mendalam tentang berbagai komponen dan faktor yang mempengaruhi perkerasan jalan sangat penting untuk memastikan kualitas dan ketahanan infrastruktur jalan yang dibangun.
Posting Komentar untuk "Istilah dan Definisi Pada Perencanaan Perkerasan Jalan"
Posting Komentar