Mengenal Lebih Dekat Macam-macam Bangunan Pengendali Banjir

Pengendalian banjir di Indonesia

Masalah banjir di Indonesia merupakan tantangan kompleks yang memerlukan pendekatan ilmiah yang menyeluruh. Pengendalian banjir melibatkan berbagai disiplin ilmu, terutama dalam bidang keairan, seperti hidrologi, hidrolika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai, rekayasa sistem pengendalian banjir, drainase kota, dan bangunan air. Upaya pengendalian banjir pada dasarnya melibatkan serangkaian kegiatan dan aktivitas yang mencakup pemahaman mendalam terhadap dinamika air dan tanah, penerapan teknologi canggih, serta perencanaan infrastruktur yang efektif. Dengan memahami kompleksitas ini, langkah-langkah dapat diambil untuk mengembangkan solusi yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan lingkungan. Keseluruhan, pengelolaan banjir memerlukan kerjasama lintas disiplin ilmu dan implementasi inovasi untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan di Indonesia. Dalam hal pengendalian banjir pada dasarnya berupa kegiatan atau aktivitas seperti berikut :

  • Mengenali besarnya debit banjir yang terjadi
  • Mengisolasi daerah yang tergenang banjir
  • Usaha merendahkan elevasi muka air banjir

Pengendalian banjir berdasarkan daerah penanganannya

Pengendalian banjir terbagi menjadi dua berdasarkan kejadian banjir terhadap lokasi dan daerahnya yang akan ditangani sebagai berikut :

1. Bagian Hulu

Dalam upaya mengatasi risiko banjir di hulu sungai, kegiatan pengendalian banjir mengadopsi strategi yang dapat dioptimalkan secara bidang keilmuan. Metode umumnya melibatkan pengendalian waktu tiba banjir dengan melambatkan aliran air dan mengurangi volume debit banjir. Selain itu, pilihan lain yang efektif adalah melalui pembangunan waduk, yang mampu mengubah pola hidrograf banjir. Pendekatan ramah lingkungan juga terwujud dalam upaya penghijauan di daerah aliran sungai atau  (DAS). Dengan demikian, strategi ini tidak hanya menciptakan dampak positif pada pengendalian banjir, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan secara keseluruhan. Inilah langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan untuk meminimalkan dampak banjir, menciptakan solusi yang ramah lingkungan dan secara optimal.

2. Bagian Hilir

Dalam upaya pengendalian banjir di wilayah hilir, beberapa langkah penting perlu dilakukan guna meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan. Perbaikan alur sungai dan peningkatan tinggi tanggul sungai menjadi solusi efektif untuk mengurangi risiko banjir. Selain itu, pembuatan sudetan pada alur sungai yang rentan terhadap banjir dapat menjadi langkah preventif yang signifikan. Pengembangan alur pengendali banjir atau flood away menjadi inovasi lain yang dapat diimplementasikan untuk mengalirkan air secara optimal. Sementara itu, optimalisasi pemanfaatan daerah genangan sebagai retarding basin juga dapat membantu mengurangi tekanan air, sehingga secara keseluruhan, langkah-langkah ini dapat membantu menciptakan sistem pengendalian banjir yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Metode Penanganan Banjir

Berdasarkan teknis penaganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pengendalian banjir secara teknik dengan metode struktur

2. Pengendalian banjir non teknis dengan metode non struktur

Pengendalian banjir dengan metode struktur maupun non struktur pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama seperti menurunkan serta memperlambat debit banjir, mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin, menambah atau memperbesar dimensi alur sungai, memperkecil nilai kekasaran sungai, pelurusan/pemendekan alur sungai dan pengendalian transpor sedimen.

Sedangkan dalam pemilihan metode pengendalian banjir yang tepat tergantung dari faktor-faktor yang dipertimbangkan seperti :

  • Pengaruh regim sungai (erosi dan sedimentasi)
  • Kebutuhan perlindungan erosi
  • Pengaruh bangunan terhadap lingkungan
  • Perkembangan pembangunan daerah
  • Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran baik di hulu maupun di hilir

Macam-macam bangunan pengendali banjir metode struktur

a. Pengendalian banjir dengan bendungan atau waduk

Pengertian bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton dan atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air juga dapat dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambah atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Pengertian lain dari bendungan atau dam adalah kontruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi yang ditampung dalam tampungan mati.

Contoh bendungan waduk jatigede
Contoh bendungan waduk Jatigede

Fungsi bendungan diantaranya adalah :

  • Menampung air sungai
  • Mengelola dan mengatur air dalam waduk
  • Pengelolan sumer daya air
  • Penyediaan air baku / raw water
  • Sumber penyediaan air bersih atau air minum
  • Penyediaan air irigasi
  • Pengendalian banjir
  • Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Dengan dibangunnya bendungan tentu memerlukan wadah atau tampungan berupa waduk, dengan adanya tampungan air pada kondisi musim hujan peranan waduk menjadi bermanfaat seperti antisipasi terhadap kebutuhan air terutama pada musim kemarau. Selain itu, waduk biasanya dapat peranan penting dalam pengendalian banjir karena dapat merubah hidrograf inflow dan outflow sehingga debit menjadi banjir lebih kecil dan perlambatan waktu bajir.

b. Pengendalian banjir dengan kolam retensi

Pada prinsipnya kolam retensi sama seperti halnya bendungan, kolam retensi atau penampungan ini berfungsi untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi. Efektivitas dari pengendalian banjir dengan kolam retensi tergantung dari karakteristik hidrograf banjir, volume kolam tampungan dan pengaru outlet.

Kolam retensi cisanggarung
Kolam retensi cisanggarung

Berdasarkan perlakuannya terdahap air ada juga yang disebut dengan detention basin dan retarding basin untuk perbedaanya adalah sebagai berikut.

Perbedaan Kolam retensi, kolam detensi dan retarding basin :

  • Kolam Retensi berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan sampai airnya habis karena infiltrasi atau pengeuapan sering disebut wet pond.
  • Kolam Detensi adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir kemudian setelah hujan reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu keberadaan air di sungai sering disebut juga dry pond.
  • Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan penundaan air masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir sungai bisa berkurang karena dibantu dengan retarding basin tersebut. Arti lainnya yaitu penampungan volume air banjir yang datang dari hulu disimpan sementara waktu dan dilepaskan pada waktu banjir surut. Retarding basin biasanya dibangun pada bagian hilir suatu daerah sungai.

c. Pengendalian banjir dengan check dam (penangkap sedimen)

Pengertian Check dam adalah bangunan kecil sementara atau permanen yang dibangun melintang saluran/sungai untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang sungai sehingga mereduksi atau mengurangi kecepatan air, erosi dan menangkap sedimen di bagian hulu bangunan. 

Contoh bangunan checkdam sungai cimanuk
Contoh bangunan checkdam sungai cimanuk

d. Pengendalian banjir dengan pengurang kemiringan sungai

Bangunan pengendali banjir dengan pengurang kemiringan sungai yaitu dapat berupa drop structure atau groundsill. Bangunan tersebut bermanfaat dalam mengurangi kecepatan aliran air dan juga mencegah scouring sungai pada hilir bendung atau pilar jembatan.

Contoh bangunan groundsill
Contoh bangunan groundsill

e. Pengendalian banjir dengan pembuatan polder

Sistem polder dalam pengendalian banjir biasanya diperuntukan bagi daerah cekungan atau daerah rendah. Sistem polder sendiri memiliki mekanisme pengendalian air yang terintegrasi menjadi kesatuan dalam manajemen air didalamnya. Pembuatan polder biasanya memiliki infrastruktur penunjang bangunan air dan pompa dalam manajemen airnya. Sistem polder dibuat dengan sistem isolasi mandiri dikelilingi tanah timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali menjadikan kesatuan hidrologis buatan yang dimana menghindari pengaruh aliran luar. Ketika sungai atau saluran tidak dapat mengalir ke hilir secara gravitasi karena outlet atau sungainya terjadi banjir dan atau terjadi pasang air laut maka perlu dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.

Polder system PIK
Bangunan Polder (source: pik2tnjc)

Pengendalian banjir dengan non struktur

Selain contoh macam-macam pengendalian banjir diatas berikut adalah pembagian metode non struktur dalam upaya pengendalian banjir. 

  • Pengendalian banjir dengan cara pengelolaan DAS sungai
  • Pengaturan tata guna lahan dalam upaya pengendalian banjir
  • Pengendalian erosi
  • Pengembangan dan pengaturan daerah banjir
  • Penanganan kondisi darurat
  • Peramalan dan sistem peringatan banjir
  • Law enforcement
  • Penyuluhan pada masyarakat
  • Asuransi

Macam-macam pengendalian banjir
Macam-macam pengendalian banjir

Posting Komentar untuk "Mengenal Lebih Dekat Macam-macam Bangunan Pengendali Banjir"